Postingan Populer

Rabu, 24 Agustus 2016

Bahasa Mee dari Tanah Papua



 
 Pulau Papua (baik Tanah Papua dan Papua Nugini) adalah tempat yang sangat kaya akan bahasa. Ada lebih dari 1000 bahasa di seluruh pulau Papua (kira-kira lebih dari 700 di Papua Nugini dan sekitar 250 di Tanah Papua). Dari bahasa-bahasa itu, hanya sedikit yang sudah didokumentasikan keberadaannya. Salah satu sumber yang bisa dilihat untuk mempelajari bahasa-bahasa ini adalah situs (www.ethnologue.com).

Saya bukanlah ahli bahasa/linguistik, apalagi bahasa-bahasa di Papua. Namun karena pekerjaan sebagai mahasiswa/peneliti di Tanah Papua, saya harus (atau lebih tepat berkeinginan) mempelajari satu-dua bahasa Papua untuk penelitian saya. Sayangnya sangat sedikit sumber/buku teks yang bisa saya pakai untuk belajar. Penyebab pertamanya adalah karena bahasa-bahasa di Tanah Papua hampir semuanya merupakan bahasa lisan jadi cara terbaik untuk mempelajarinya adalah belajar langsung secara lisan dengan orang Papua. Penyebab kedua, dengan semakin dominannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi di Tanah Papua, bahasa-bahasa daerah semakin sedikit digunakan. Hal kedua ini berkenaan juga dengan minimnya dokumentasi, penelitian dan pengajaran bahasa-bahasa Papua baik di Tanah Papua sendiri maupun di luar Papua.
 
Dengan alasan inilah saya dengan bantuan guru bahasa Mee saya Hengky Yeimo membuat tulisan ini, bukan untuk memberikan gambaran yang mendalam tentang salah satu bahasa yang sedang saya pelajari, yaitu Mee tapi sekadar sebagai alat bantu dasar untuk orang-orang non-pembicara Mee yang ingin belajar bahasa ini. Bahasa Mee sendiri digunakan oleh orang-orang Mee, sebuah suku yang berasal dari daerah bagian barat Pegunungan Tengah di Papua, yang sekarang ini masuk dalam wilayah Kabupaten Paniai, Dogiyai, Deiyai, Intan Jaya dan Nabire. Namun demikian, menurut sensus 1989, 47% dari orang-orang Papua migran di kota-kota besar di Papua adalah orang Mee (Howay and Yaam 1994:247), jadi bahasa Mee juga digunakan oleh orang-orang Mee di Timika, Jayapura, dan kota-kota lainnya.Menurut berbagai sumber, bahasa ini sendiri kira-kira digunakan oleh sekitar 100 ribu orang jadi ia merupakan bahasa terbesar kedua di Tanah Papua setelah rumpun bahasa Dani.

Bahasa Mee (dulu sering disebut bahasa Ekagi atau Ekari tapi nama ini sudah tidak digunakan lagi oleh orang Mee sendiri) masuk dalam kelompok bahasa Trans-New Guinea dan memiliki setidaknya beberapa dialek, seperti dialek Paniai, dialek danau Tigi, dan dialek Mapia (Doble 1960). Saya sendiri belum pernah ke Paniai dan belajar bahasa ini di Jayapura. Peringatan kedua yang harus saya sampaikan, saya mempelajari bahasa Mee dari kacamata orang yang belajar dan berbicara Bahasa Inggris dan Roman (Perancis) sehingga aturan-aturan tata bahasa yang saya tulis di sini bias atau berasal dari pemahaman saya sebagai pembicara kedua bahasa itu. Hal ini sebenarnya tidak bisa diterima karena setiap bahasa harus dipahami di dalam konteks kebudayaan di mana bahasa itu lahir. Namun, inilah risiko komunikasi antarbudaya. Saya berharap teman-teman Mee akan mempublikasikan tata bahasa Mee yang lebih lengkap dan lebih sensitif terhadap kompleksitas dan keragaman tata bahasa mereka sendiri.


Sumber :http://www.sastrapapua.com

Pulau Papua (baik Tanah Papua dan Papua Nugini) adalah tempat yang sangat kaya akan bahasa. Ada lebih dari 1000 bahasa di seluruh pulau Papua (kira-kira lebih dari 700 di Papua Nugini dan sekitar 250 di Tanah Papua). Dari bahasa-bahasa itu, hanya sedikit yang sudah didokumentasikan keberadaannya. Salah satu sumber yang bisa dilihat untuk mempelajari bahasa-bahasa ini adalah situs (www.ethnologue.com). Saya bukanlah ahli bahasa/linguistik, apalagi bahasa-bahasa di Papua. Namun karena pekerjaan sebagai mahasiswa/peneliti di Tanah Papua, saya harus (atau lebih tepat berkeinginan) mempelajari satu-dua bahasa Papua untuk penelitian saya. Sayangnya sangat sedikit sumber/buku teks yang bisa saya pakai untuk belajar. Penyebab pertamanya adalah karena bahasa-bahasa di Tanah Papua hampir semuanya merupakan bahasa lisan jadi cara terbaik untuk mempelajarinya adalah belajar langsung secara lisan dengan orang Papua. Penyebab kedua, dengan semakin dominannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi di Tanah Papua, bahasa-bahasa daerah semakin sedikit digunakan. Hal kedua ini berkenaan juga dengan minimnya dokumentasi, penelitian dan pengajaran bahasa-bahasa Papua baik di Tanah Papua sendiri maupun di luar Papua. Dengan alasan inilah saya dengan bantuan guru bahasa Mee saya Hengky Yeimo membuat tulisan ini, bukan untuk memberikan gambaran yang mendalam tentang salah satu bahasa yang sedang saya pelajari, yaitu Mee tapi sekadar sebagai alat bantu dasar untuk orang-orang non-pembicara Mee yang ingin belajar bahasa ini. Bahasa Mee sendiri digunakan oleh orang-orang Mee, sebuah suku yang berasal dari daerah bagian barat Pegunungan Tengah di Papua, yang sekarang ini masuk dalam wilayah Kabupaten Paniai, Dogiyai, Deiyai, Intan Jaya dan Nabire. Namun demikian, menurut sensus 1989, 47% dari orang-orang Papua migran di kota-kota besar di Papua adalah orang Mee (Howay and Yaam 1994:247), jadi bahasa Mee juga digunakan oleh orang-orang Mee di Timika, Jayapura, dan kota-kota lainnya. Menurut berbagai sumber, bahasa ini sendiri kira-kira digunakan oleh sekitar 100 ribu orang jadi ia merupakan bahasa terbesar kedua di Tanah Papua setelah rumpun bahasa Dani.

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Antropologi dan Kekerasan Kolonial di Tanah Papua

Doc T anah Papua (meliputi Provinsi Papua dan Papua Barat) telah digambarkan sebagai “sebuah surga di bumi bagi penelitian antro...