Pulau Papua (baik Tanah Papua dan
Papua Nugini) adalah tempat yang sangat kaya akan bahasa. Ada lebih dari 1000
bahasa di seluruh pulau Papua (kira-kira lebih dari 700 di Papua Nugini dan
sekitar 250 di Tanah Papua). Dari bahasa-bahasa itu, hanya sedikit yang sudah
didokumentasikan keberadaannya. Salah satu sumber yang bisa dilihat untuk
mempelajari bahasa-bahasa ini adalah situs (www.ethnologue.com).
Saya bukanlah ahli
bahasa/linguistik, apalagi bahasa-bahasa di Papua. Namun karena pekerjaan sebagai
mahasiswa/peneliti di Tanah Papua, saya harus (atau lebih tepat berkeinginan)
mempelajari satu-dua bahasa Papua untuk penelitian saya. Sayangnya sangat
sedikit sumber/buku teks yang bisa saya pakai untuk belajar. Penyebab
pertamanya adalah karena bahasa-bahasa di Tanah Papua hampir semuanya merupakan
bahasa lisan jadi cara terbaik untuk mempelajarinya adalah belajar langsung
secara lisan dengan orang Papua. Penyebab kedua, dengan semakin dominannya
Bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi di Tanah Papua, bahasa-bahasa daerah
semakin sedikit digunakan. Hal kedua ini berkenaan juga dengan minimnya
dokumentasi, penelitian dan pengajaran bahasa-bahasa Papua baik di Tanah Papua
sendiri maupun di luar Papua.
Dengan alasan inilah saya dengan
bantuan guru bahasa Mee saya Hengky Yeimo membuat tulisan ini, bukan untuk
memberikan gambaran yang mendalam tentang salah satu bahasa yang sedang saya
pelajari, yaitu Mee tapi sekadar sebagai alat bantu dasar untuk orang-orang
non-pembicara Mee yang ingin belajar bahasa ini. Bahasa Mee sendiri digunakan
oleh orang-orang Mee, sebuah suku yang berasal dari daerah bagian barat
Pegunungan Tengah di Papua, yang sekarang ini masuk dalam wilayah Kabupaten
Paniai, Dogiyai, Deiyai, Intan Jaya dan Nabire. Namun demikian, menurut sensus
1989, 47% dari orang-orang Papua migran di kota-kota besar di Papua adalah
orang Mee (Howay and Yaam 1994:247), jadi bahasa Mee juga digunakan oleh
orang-orang Mee di Timika, Jayapura, dan kota-kota lainnya.Menurut berbagai sumber, bahasa ini sendiri
kira-kira digunakan oleh sekitar 100 ribu orang jadi ia merupakan bahasa
terbesar kedua di Tanah Papua setelah rumpun bahasa Dani.
Bahasa Mee (dulu sering disebut bahasa Ekagi atau Ekari tapi
nama ini sudah tidak digunakan lagi oleh orang Mee sendiri) masuk dalam
kelompok bahasa Trans-New Guinea dan memiliki setidaknya beberapa dialek,
seperti dialek Paniai, dialek danau Tigi, dan dialek Mapia (Doble 1960). Saya
sendiri belum pernah ke Paniai dan belajar bahasa ini di Jayapura. Peringatan
kedua yang harus saya sampaikan, saya mempelajari bahasa Mee dari kacamata
orang yang belajar dan berbicara Bahasa Inggris dan Roman (Perancis) sehingga
aturan-aturan tata bahasa yang saya tulis di sini bias atau berasal dari
pemahaman saya sebagai pembicara kedua bahasa itu. Hal ini sebenarnya tidak
bisa diterima karena setiap bahasa harus dipahami di dalam konteks kebudayaan
di mana bahasa itu lahir. Namun, inilah risiko komunikasi antarbudaya. Saya berharap
teman-teman Mee akan mempublikasikan tata bahasa Mee yang lebih lengkap dan
lebih sensitif terhadap kompleksitas dan keragaman tata bahasa mereka sendiri.
Sumber :http://www.sastrapapua.com
Pulau Papua (baik Tanah
Papua dan Papua Nugini) adalah tempat yang sangat kaya akan bahasa. Ada
lebih dari 1000 bahasa di seluruh pulau Papua (kira-kira lebih dari 700
di Papua Nugini dan sekitar 250 di Tanah Papua). Dari bahasa-bahasa
itu, hanya sedikit yang sudah didokumentasikan keberadaannya. Salah satu
sumber yang bisa dilihat untuk mempelajari bahasa-bahasa ini adalah
situs (www.ethnologue.com).
Saya bukanlah ahli bahasa/linguistik, apalagi bahasa-bahasa di Papua.
Namun karena pekerjaan sebagai mahasiswa/peneliti di Tanah Papua, saya
harus (atau lebih tepat berkeinginan) mempelajari satu-dua bahasa Papua
untuk penelitian saya. Sayangnya sangat sedikit sumber/buku teks yang
bisa saya pakai untuk belajar. Penyebab pertamanya adalah karena
bahasa-bahasa di Tanah Papua hampir semuanya merupakan bahasa lisan jadi
cara terbaik untuk mempelajarinya adalah belajar langsung secara lisan
dengan orang Papua. Penyebab kedua, dengan semakin dominannya Bahasa
Indonesia sebagai bahasa komunikasi di Tanah Papua, bahasa-bahasa daerah
semakin sedikit digunakan. Hal kedua ini berkenaan juga dengan minimnya
dokumentasi, penelitian dan pengajaran bahasa-bahasa Papua baik di
Tanah Papua sendiri maupun di luar Papua.
Dengan alasan inilah saya dengan bantuan guru bahasa Mee saya Hengky
Yeimo membuat tulisan ini, bukan untuk memberikan gambaran yang mendalam
tentang salah satu bahasa yang sedang saya pelajari, yaitu Mee tapi
sekadar sebagai alat bantu dasar untuk orang-orang non-pembicara Mee
yang ingin belajar bahasa ini. Bahasa Mee sendiri digunakan oleh
orang-orang Mee, sebuah suku yang berasal dari daerah bagian barat
Pegunungan Tengah di Papua, yang sekarang ini masuk dalam wilayah
Kabupaten Paniai, Dogiyai, Deiyai, Intan Jaya dan Nabire. Namun
demikian, menurut sensus 1989, 47% dari orang-orang Papua migran di
kota-kota besar di Papua adalah orang Mee (Howay and Yaam 1994:247),
jadi bahasa Mee juga digunakan oleh orang-orang Mee di Timika, Jayapura,
dan kota-kota lainnya. Menurut berbagai sumber, bahasa ini sendiri
kira-kira digunakan oleh sekitar 100 ribu orang jadi ia merupakan bahasa
terbesar kedua di Tanah Papua setelah rumpun bahasa Dani.
Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ
Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar