Postingan Populer

Kamis, 22 September 2016

KIRISIS YANG DIALAMI MASYRAKAT DI KAMPUNG



Empat masalah utama yang terjadi di masyrakat . Pertema, asset produktif masyrakat menurun yang mana  ditemukan bahwa ruang-ruang hidup masyrakat yang utama (hutan,sungai,kebun dan laut) mengalami penurunan.Penurunan dalam hal ini berarti masyrakat saat ini mulai merasakan bahwa keberlimpahan yang dahulu mereka dapatkan dari alam dalam ruang lingkup utama tersebutkini dirasakan mulai berkuran.Kekayaan alam dari hutan sungai,kebun dan laut tidak lagi berlimpah seperti dulu. Kedua, ketergantungan pada pemenuhan kebutuhan yang bias dipenuhi melalui uang (ekonomi Uang) semakin meningkat. Ketiga, Merosotnya nilai-nilai social (kebersamaan dan kerjasama) yang tercermin dari maraknya sengketa tanah, pembagian pembangunan,pemekaran hingga kekerasan. Keempat, intervensi pembangunan yang bersifat fisik,teknis dan berbentuk pemberian uang , ini mengakibatkan kemandirinan masyrakat berkurang dan pembangunan manusia diabaikan, sementara kesehatan,pendidikan dan kualitas pekerjaan berada pada level minimum.
Pada akhirnya ketergantungan pada uang semakin meningkat dan sementara produktivitas semakin menurun, maka yang terjadi adalah semakin banyak ketergantungan,baik pada program pemerintah maupun perusahan yang hadir di wilayah tersebut dan juga ketergantungan pada hutang untuk memenuhi kebutuhan.


 

Sampai di sini, pertanyaan yang penting diajukan adalah bagaimana strategi untuk dapat keluar dari krisis sebagaimana digambarkan di atas.Di bawah ini disajikan tiga prinsip kunci, empat langkah kebangkitan kampung.
Ada tiga strategi yang diusulkan sebagai jalan menuju kebangkitan kampung. Ketiga strategi tersebut adalah:
(1) “Bicara Ke Dalam”;
(2) Fokus pada ketahanan hidup;
(3) Pembangunan yang bertumpu pada manusia, bukan semata bendab enda material atau uang
“Bicara ke Dalam” adalah sebuah strategi refleksi bagi orang-orang kampung terhadap diri mereka saat ini dan menghubungkannya dengan kondisi yang mereka inginkan bagi masa depan mereka sebagai sebuah
komunitas. “Bicara ke dalam” sesungguhnya diarahkan untuk menemukan kembali jati diri komunitas, memetakan persoalan-persoalan, menilai perubahan, dan memutuskan jalan keluar bersama-sama. Ini dilakukan dengan melibatkan semua pihak terutama sekali perempuan.
“Bicara ke Dalam” selanjutnya difokuskan pertama-tama untuk menciptakan kemandirian komunitas agar ketergantungan pada dunia luar tidak semakin tinggi. Ini terutama dicapai melalui strategi perencanaan pembangunan masyarakat lokal yang terfokus pada bagaimana mewujudkan ketahanan hidup. Ketahanan hidup yang mesti dibangun pertama kali adalah memastikan kebutuhan dasar manusia dapat terpenuhi dengan mengupayakannya sendiri melalui pemanfaatan sumber daya alam lokal secara tidak berlebihan dan menerapkan aturan yang menjamin sumber daya alam itu tetap terjaga dan lestari untuk generasi berikutnya. Kedua strategi tersebut yakni bicara ke dalam dan fokus pada ketahanan hidup memerlukan peran negara, dalam hal ini pemerintah daerah.
Sebab kedua strategi tersebut membutuhkan suatu paradigma dan perencanaan pembangunan yang benar-benar berpusat pada manusia, bukan pembangunan yang mengejar semata penyerapan anggaran untuk kegiatan fisik, yang dalam kenyataannya pembangunan fisik tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Boleh jadi keduanya berjalan beriringan tetapi yang mesti diperhatikan adalah bagaimana hal itu berangkat dari kebutuhan masyarakat dan bukan sekedar mengejar program kerja pembangunan untuk menghabiskan anggaran.



 




















Ke depan, terdapat empat fondasi utama yang mesti menjadi pilarpembangunan kampung yang berpusat pada manusia yaitu ;
  1. Pembangunan manusia yang mampu mengatasi masalahnya sendiri.
  2. Membangun kesadaran bersama melalui forum kampung.
  3. Memulihkan produktivitas tanah, kualitas hutan, laut, kebun, dan sungai.
  4. Membangun kemampuan memenuhi kebutuhan sendiri.
 

Entri yang Diunggulkan

Antropologi dan Kekerasan Kolonial di Tanah Papua

Doc T anah Papua (meliputi Provinsi Papua dan Papua Barat) telah digambarkan sebagai “sebuah surga di bumi bagi penelitian antro...