Jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan waktu ke waktu. Peningkatan jumlah penduduk tersebut ternyata membawa dampak negatif bagi lingkungan. Dampak yang terjadi pada lingkungan akibat peningkatan jumlah penduduk antara lain: pencemaran lingkungan oleh limbah atau sampah rumah tangga, berkurangnya ketersediaan air bersih, berkurangnya ketersediaan udara bersih, dan berkurangnya ketersediaan ruang dan lahan pertanian. Semakin banyak jumlah penduduk, maka resiko terjadinya pencemaran semakin tinggi, jumlah air yang dibutuhkan semakin banyak, ketersediaan udara bersih semakin berkurang, dan ketersediaan ruang dan lahan pertanian semakin sedikit. Berikut ini penjelasan mengenai dampak peningkatan jumlah penduduk terhadap lingkungan.
Kualitas lingkungan dapat menurun akibat banyaknya sampah atau bahan pencemar lain. Sampah yang dihasilkan dalam skala rumah tangga seringkali tampak sedikit dan tidak dianggap mencemari lingkungan. Padahal, jika dilihat di sekitar kita justru sampah rumah tangga yang banyak mencemari lingkungan.
Berdasarkan sifatnya sampah dapat digolongkan menjadi sampah organik dan sampah anonganik Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos. Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Beberapa akibat yang dapat ditimbulkan oleh sampah antara lain pencemaran udara, air dan pencemaran tanah.
2. Berkurangnya Ketersediaan Air Bersih
Jumlah air tawar yang ada di bumi hanya sekitar 2% dari seluruh jumlah air yang ada di bumi. Seluruh makhluk hidup yang ada di muka bumi membutuhkan air selama kehidupannya. Salah satu peranan air adalah untuk diminum. Ssemakin banyak jumlah anggota keluarga, maka kebutuhan air bersih juga semakin banyak. Begitupula apabila semakin banyak jumlah penduduk, maka semakin banyak pula jumlah air bersih yang dibutuhkan.
Apabila masyarakat kekurangan persediaan air bersih maka mereka terpaksa menggunakan air sungai untuk menjalankan aktivitas sehari-hari tersebut. Kondisi ini tentunya akan memberikan dampak yang tidak baik bagi kesehatan, karena air sungai yang digunakan belum tentu bersih atau mungkin juga air tersebut adalah air yang tercemar. Berikut ini adalah ciri-ciri air tercemar.
3. Berkurangnya Ketersediaan Udara Bersih
Perpindahan penduduk ke suatu wilayah (migrasi) akan menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk di wilayah tujuan migrasi. Hal ini tentu akan menyebabkan jumlah penduduk di daerah perkotaan meningkat. Semakin banyaknya jumlah penduduk tentunya juga menyebabkan peningkatan kebutuhan udara bersih.
Padahal ketersediaan lahan hijau sebagai sumber penyedia udara bersih di daerah perkotaan juga berkurang akibat lahan hijau yang ada banyak dialihfungsikan sebagai pemukiman. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peningkatan jumlah penduduk dapat menyebabkan berkurangnya ketersediaan udara bersih. Berkurangnya ketersediaan udara bersih juga dapat disebabkan oleh polusi udara akibat asap kendaraan bermotor.
4. Berkurangnya Ketersediaan Ruang dan Lahan Pertanian
Dampak lain dari meningkatnya jumlah penduduk adalah berkurangnya ketersediaan ruang dan lahan pertanian. Selama proses kehidupannya, manusia selalu membutuhkan ruang sebagai tempat tinggalnya. Selain membutuhkan ruang untuk tempat tinggal, manusia juga membutuhkan berbagai jenis makanan untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya.
Apabila jumlah penduduk meningkat, maka akan semakin bertambah pula jumlah lahan yang digunakan un tuk tempat tinggal manusia. Agar dapat memenuhi kebutuhan tempat tinggal, maka tidak sedikit manusia yang menggunakan lahan pertanian untuk diubah menjadi lahan pemukiman. Hal inilah yang menyebabkan ketersediaan lahan pertanian menjadi berkurang.
Berdasarkan sifatnya sampah dapat digolongkan menjadi sampah organik dan sampah anonganik Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos. Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Beberapa akibat yang dapat ditimbulkan oleh sampah antara lain pencemaran udara, air dan pencemaran tanah.
- Pencemaran udara. Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan sumber bau tidak sedap yang memberikan efek buruk bagi daerah sensitif sekitarnya seperti permukiman, perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah seringkali terjadi pada sumber dan lokasi pengumpulan terutama bila terjadi penundaan proses pengangkutan sehingga menyebabkan kapasitas tempat terlampaui. Asap yang timbul sangat potensial menimbulkan gangguan bagi lingkungan sekitarnya.
- Pencemaran air. Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial menghasilkan lindi terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran atau tanah sekitarnya akan menyebabkan terjadinya pencemaran. Instalasi pengolahan berskala besar menampung sampah dalam jumlah yang cukup besar pula sehingga potensi lindi yang dihasilkan di instalasi juga cukup potensial untuk menimbulkan pencemaran air dan tanah di sekitarnya.
- Pencemaran tanah. Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan mungkin juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi maka akan diperlukan waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau larut dari lokasi tersebut. Selama waktu itu lahan setempat berpotensi menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.
Jumlah air tawar yang ada di bumi hanya sekitar 2% dari seluruh jumlah air yang ada di bumi. Seluruh makhluk hidup yang ada di muka bumi membutuhkan air selama kehidupannya. Salah satu peranan air adalah untuk diminum. Ssemakin banyak jumlah anggota keluarga, maka kebutuhan air bersih juga semakin banyak. Begitupula apabila semakin banyak jumlah penduduk, maka semakin banyak pula jumlah air bersih yang dibutuhkan.
Apabila masyarakat kekurangan persediaan air bersih maka mereka terpaksa menggunakan air sungai untuk menjalankan aktivitas sehari-hari tersebut. Kondisi ini tentunya akan memberikan dampak yang tidak baik bagi kesehatan, karena air sungai yang digunakan belum tentu bersih atau mungkin juga air tersebut adalah air yang tercemar. Berikut ini adalah ciri-ciri air tercemar.
- Adanya Perubahan Suhu. Pada kondisi normal suhu air di bawah suhu lingkungan. Pada daerah industri air digunakan sebagai pendingin mesin-mesin pabrik. Setelah digunakan sebagai pendingin mesin, air akan berubah menjadi hangat bahkan panas karena telah menyerap panas dari mesin pabrik. Selain itu, kandungan oksigen dalam air menjadi ber kurang. Apabila air dengan kondisi seperti ini dibuang begitu saja ke sungai maka air tersebut dapat menyebabkan hewan dan tumbuhan air terganggu bahkan dapat mengalami kematian.
- Adanya Perubahan pH. pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat ke asaman atau kebasaan yang pada suatu larutan. Pada kondisi normal pH air adalah netral, yaitu berkisar 7. Pada kondisi tercemar, pH air berkisar antara 4 – 6 atau 8–9. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terdahulu diketahui bahwa organisme air lebih menyukai pH yang mendekati netral. Dengan demikian, sangatlah mungkin apabila organisme air akan terganggu bahkan ada yang mati apabila pH air mengalami per ubahan.
- Adanya Perubahan Warna, Bau, dan Rasa Air. Air yang bersih atau tidak tercemar adalah air yang bening (tidak berwarna), tidak berbau dan tidak berasa. Perubahan pada air, yaitu warna, bau, dan rasa dapat disebabkan oleh polutan (bahan pencemar) yang terlarut pada air tersebut.
- Adanya Endapan atau Bahan Terlarut. Endapan atau bahan terlarut yang ada di sungai dapat berasal dari polutan yang masuk ke sungai. Polutan tersebut dapat berupa insektisida, tumpahan minyak, sampah, limbah industri, dan lain-lain. Adanya polutan yang masuk ke sungai akan menyebabkan terjadinya perubahan pH, warna, bau, dan rasa air.
- Adanya Mikroorganisme. Salah satu peranan mikroorganisme adalah menguraikan bahanbahan pencemar organik. Semakin banyak limbah di suatu perairan, semakin banyak pula mikroorganisme yang ada di perairan tersebut. Di antara organisme-organisme tersebut ada yang mungkin bersifat patogen (membawa penyakit).
Perpindahan penduduk ke suatu wilayah (migrasi) akan menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk di wilayah tujuan migrasi. Hal ini tentu akan menyebabkan jumlah penduduk di daerah perkotaan meningkat. Semakin banyaknya jumlah penduduk tentunya juga menyebabkan peningkatan kebutuhan udara bersih.
Padahal ketersediaan lahan hijau sebagai sumber penyedia udara bersih di daerah perkotaan juga berkurang akibat lahan hijau yang ada banyak dialihfungsikan sebagai pemukiman. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peningkatan jumlah penduduk dapat menyebabkan berkurangnya ketersediaan udara bersih. Berkurangnya ketersediaan udara bersih juga dapat disebabkan oleh polusi udara akibat asap kendaraan bermotor.
4. Berkurangnya Ketersediaan Ruang dan Lahan Pertanian
Dampak lain dari meningkatnya jumlah penduduk adalah berkurangnya ketersediaan ruang dan lahan pertanian. Selama proses kehidupannya, manusia selalu membutuhkan ruang sebagai tempat tinggalnya. Selain membutuhkan ruang untuk tempat tinggal, manusia juga membutuhkan berbagai jenis makanan untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya.
Apabila jumlah penduduk meningkat, maka akan semakin bertambah pula jumlah lahan yang digunakan un tuk tempat tinggal manusia. Agar dapat memenuhi kebutuhan tempat tinggal, maka tidak sedikit manusia yang menggunakan lahan pertanian untuk diubah menjadi lahan pemukiman. Hal inilah yang menyebabkan ketersediaan lahan pertanian menjadi berkurang.