Postingan Populer

Selasa, 08 September 2020

MANAGEMENT CONFLICT

 



PENGERTIAN MANAJEMEN KONFLIK

Apa itu manajemen konflikPengertian Manajemen Konflik adalah suatu proses aksi dan reaksi yang diambil oleh para pelaku konflik atau pihak ketiga secara rasional dan seimbang, dalam rangka pengendalian situasi dan kondisi perselisihan yang terjadi antara beberapa pihak.

Manajemen konflik merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada proses mengarahkan dalam bentuk komunikasi dari para pelaku konflik dan pihak ketiga, dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan interpretasi.

Konflik sering terjadi, baik dalam pelaksanaan operasional bisnis maupun dalam kehidupan manusia sehari-hari. Berbagai inovasi dan perubahan di masyarakat seringkali menimbulkan adanya konflik, terutama jika perubahan tidak disertai dengan pemahaman tentang ide-ide yang sedang berkembang.



Gambar 1. Phase Conflict
Gambar 2.External Factor and Triggers

REALITAS SOSIAL


Sebagian besar, lingkungan sosial individu sangat kompleks dan dinamis, tanpa ada dua situasi yang sepenuhnya sama. Tetapi individu perlu memahami setiap situasi agar dapat berhasil berinteraksi dengan orang lain.

Dan meskipun memahami situasi sosial seringkali tampak mudah dan sederhana di permukaan, pada kenyataannya hal itu menimbulkan tantangan yang sangat besar. Akibatnya, individu membutuhkan sistem alat yang sangat berbeda untuk menyelesaikan tugas penting ini.

  1. Apakah kesenjangan / keceburuan  sosial itu terjadi di lingkungan kerja atau tempat tinggal kita ?
  2. Apakah ada potensi terjadinya konflik di lingkungan kerja atau tempat tinggal  kita?
  3. Bagaimana mengatasinya dan siapa yang akan harus mengatasinya!?

PENYEBAB KESENJANGAN SOSIAL


Beberapa peyebab kesenjangan sosial yang terjadi adalah sebagai berikut :

  1. Diskriminasi, yaitu perlakuan mengistimewakan pihak tertentu atau memandang dengan sebelah mata pihak lain.
  2. Ketidakadilan, yaitu perlakukan didasarkan atas kepentingan dan keuntungan pribadi dengan mengorbankan orang lain.
  3. Primordialisme, yaitu perlakuan didasarkan pada identitas individu, bukan pada skill atau kemampuan personalnya.
  4. Seksisme, yaitu perlakukan diskriminatif berdasarkan identitas gender.
Gambar 3. Process Conflict

STRATEGI MANAJEMEN KONFLIK


Menurut Stevenin, ada lima langkah mendasar dalam memahami manajemen konflik dengan baik. Dengan memahami kelima langkah dasar ini maka organisasi akan lebih mudah dalam menentukan strategi terbaik dalam penanganan konflik.


1. Pengenalan

Ini merupakan langkah awal dalam manajemen konflik, yaitu dengan mengenali permasalahan yang terjadi, siapa yang terlibat konflik, dan bagaimana keadaan di sekitar selama terjadinya konflik. Ini merupakan informasi awal yang penting dalam manajemen konflik.

2. Diagnosis

Setelah mendapat informasi pada point #1, selanjutnya adalah melakukan analisis untuk mengetahui penyebab konflik. Untuk melakukan hal ini diperlukan metode yang benar dan telah teruji, serta fokus terhadap masalah utama dalam konflik yang terjadi.

3.Menyepakati Solusi

Setelah melalui proses diagnosis, selanjutnya organisasi bisa menemukan dan menentukan solusi apa yang paling tepat untuk menyelesaikan konflik yang terjadi. Solusi yang ditentukan harus dibicarakan secara bersama dengan pihak yang ber-konflik dengan bantuan pihak penengah. Selanjutnya, maka semua pihak melakukan pelaksanaan kesepakatan.

4. Pelaksanaan

Setelah menyepakati solusi, selanjutnya adalah proses pelaksanaan kesepakatan yang telah dibuat. Semua pihak yang terlibat dalam konflik harus menerima dan melaksanakan kesepakatan tersebut dengan sebaik-baiknyaHarus diperhatikan juga bahwa kesepakatan tersebut tidak berpotensi menimbulkan konflik yang lain.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan hal yang penting dilakukan untuk menilai apakah pelaksanaan kesepakatan tersebut berjalan dengan baik. Dengan melakukan evaluasi maka organisasi bisa melakukan pendekatan alternatif untuk konflik lain yang mungkin terjadi.


KESIMPULAN

1. Konflik Dapat Terjadi Jika UnsurUnsur Pendukung Terjadinya Konflik Telah Terpenuhi
2. Sebelum Menyelesaikan Suatu Konflik Perlu Di Analisa Masalah Utama Yang Menyebabkan Konflik.
3. Solusi Yang Di Lakukan Dalam Menyelesaikan Konflik Harus Menjadi Solusi Yang Merupakan Kesepakatan Atau Di Sepakati Antara Pihak Yang Berkonflik.
4. Pihak Yang Menyelesaikan Konflik Adalah Pihak Yang Neetral ( Bukan Dari Pihak Yang Berkonflik)
5. Untuk Mengindari Terjadinya Konflik Maka Yang Harus Di Atasai Sejak Dini Adalah “Triggers / PemicuTerjadinya Konflik


by Karel Marthen Eramuri

Selasa, 28 April 2020

SOCIAL RISK ANALYSIS




Analisis Resiko Sosial

Analisis resiko sosial (social risk analysis) merupakan bagian dari manajemen untuk memahami resiko sebagai akibat interaksi dan lingkungan sosial. Resiko sosial muncul dari ketidakpuasan–keluhan dari masyarakat dan pemangku kepentingan lain (eksternal) yang dapat menimbulkan kerentanan sosial dan konflik. Persepsi dan budaya yang berbeda tentang suatu objek, kejadian, atau peristiwa akan menimbulkan cara pandang berbagai pihak dan dalam banyak hal memiliki resiko konflik diantara mereka. Kegagalan mengelola konflik tentunya berdampak pada biaya sosial dan ekonomi yang sangat besar, mengganggu kondisi organisasi, masyarakat bahkan negara secara luas. Bagi iklim investasi hal ini dapat merusak nama baik organisasi (korporasi) bahkan pada kondisi tertentu menimbulkan resiko investasi dalam jangka panjang.
Analisis resiko merupakan kajian mendalam dalam rangka pemahaman tentang resiko. Analisis Resiko memberikan masukan dalam evaluasi pengambilan keputusan, apakah resiko perlu dikelola dengan pendekatan yang tepat sesuai untuk menyelesaikannya dengan karakteristik unit analisis atau hanya bersifat inkrimental saja. Evaluasi resiko sebagai alat bantu (tools) untuk membuat keputusan, berdasarkan hasil analisis resiko, tentang resiko mana yang memerlukan penanganan segera atau prioritas penyelesaian.
Melalui analisis resiko sosial sebuah organisasi, perusahaan, atau komunitas memiliki kemampuan dan tingkat keleluasaan untuk melakukan program/proyek/kegiatan yang sesuai dan didasarkan kemungkinan resiko yang dapat dikendalikan. Analisis resiko sosial dilakukan melalui proses fasilitasi interaksi pemangku kepentingan atau tim agar proses kerjanya mampu mencapai tujuan secara efektif dan efisiensi melalui upaya pencegahan konflik sosial dalam kelompok serta mempercepat pembentukan peran sosial dalam kelompok. Analisis resiko sosial dapat diterapkan dalam berbagai konteks yang berbeda, misalnya mengelola kelompok dan organisasi industri, tim proyek dan lain-lain.

Pertimbangan dalam Analisis Resiko Sosial

Terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan analisis resiko sosial, terutama dalam penentuan pilihan pendekatan atau alat (tools) yang akan digunakan, yaitu;
Pertama, pentingnya dampak tidak langsung berupa perubahan kebijakan yang mungkin berpengaruh langsung dan/atau tidak langsung terhadap struktur sosial dan perekonomian masyarakat. Misalnya kebijakan pemerintah daerah dalam mendorong investasi dibidang pertambangan tentunya berdampak terhadap perubahan perilaku dari petani menjadi buruh atau pekerja, menyebabkan perilaku perubahan di tingkat rumah tangga, dan efek ganda terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal lain akibat di kembangkannya pendekatan pasar bebas terhadap beberapa industri dan komoditi yang bisa menghasilkan perubahan harga relatif, konsumsi, dan struktur kekuasaan, tapi seiring waktu menyebabkan perubahan dalam struktur ketenagakerjaan dan ekonomi, perubahan dalam produktivitas, kinerja pemerintahan dan lainnya.
Kedua, ketersediaan data, waktu, dan kapasitas lokal. Hal ini berkenaan dengan sejuhmana analisis resiko sosial dapat dilakukan sesuai dengan prosedur ilmiah dan akuntabel. Disamping itu, keterbatasan kapasitas lokal untuk pengumpulan data dan analisis tentunya akan membatasi jenis pendekatan yang dapat diadopsi. Seiring waktu, tujuan dari analisis resiko sosial seharusnya untuk meningkatkan kapasitas praktisi lokal dan pemanfaat. Dengan demikian, dibutuhkan kehadiran mitra lokal dalam pemerintahan atau organisasi di luar sesuai kompetensinya untuk terlibat baik dalam mendesain sistem analisis, memilih alat analisis dan menerapkannya. Keterlibatan ini dapat menjadi dasar untuk pembangunan kapasitas lokal (transfer of knowledge).
Ketiga, analisis resiko sosial memanfaatkan berbagai metode dan alat, banyak yang membutuhkan keterampilan gabungan dari berbagai disiplin ilmu (Misalnya, makroekonomi, mikroekonomi, analisis sosial dan politik). Jika layak, adalah dianjurkan untuk mengintegrasikan analisis ekonomi dan sosial untuk memperdalam analisis. Misalnya, sosial penilaian dampak dapat digunakan untuk membantu menentukan parameter dan variabel penjelas yang digunakan dalam ekonometrik pemodelan, dan sebaliknya, pemahaman tentang dinamika ekonomi dan kendala dapat memperkuat analisis sosial dari kebijakan tertentu.
Keempat, resiko dan dampak akan dianalisis dalam konteks dan wilayah pengaruh, meliputi: (a) lokasi proyek utama terkait fasilitas yang akan dikembangkan atau kontrol, seperti jaringan pipa, kanal, terowongan, relokasi dan jalan akses, penerangan listrik, kontruksi gedung, aliran limbah dan daerah pembuangan; (b) fasilitas yang tidak didanai tetapi bagian dari proyek (pendanaan dapat diberikan secara terpisah oleh pihak ketiga termasuk pemerintah) termasuk dukungan terhadap ketersediaan barang dan jasa yang sangat vital untuk keberhasilan operasional proyek, (c) daerah berpotensi terkena dampak kumulatif dari pembangunan yang direncanakan oleh karena itu harus dilakukan kajian sosial dan lingkungan, dan (d) daerah berpotensi terkena dampak dari resiko yang tidak direncanakan tapi dapat diprediksi yang disebabkan oleh proyek yang mungkin terjadi nanti atau di lokasi berbeda.

Social Risk Assessment Tools (SRAT)

Berikut diperkenalkan beberapa perangkat penilaian partisipatif (SRAT) yang dapat digunakan untuk menggambarkan dan menganalisis resiko pada tingkat mikro dan dampak terhadap pemangku kepentingan. SRAT merupakan prosedur sederhana dalam penelitian partisipatif, yang cenderung menggunakan metode yang lebih kontekstual seperti dalam penelitian kualitatif untuk memperoleh informasi secara mendalam dan interpretatif. Metode ini memberikan panduan bagi tim penilai bahwa secara filosofis metode pengumpulan data sangat menekankan pengetahuan lokal, partisipasi masyarakat, manajemen dan memberdayakan para pemangku kepentingan.
SRAT secara partisipatif tidak berarti terbatas pada output data kualitatif, tetapi dapat juga digunakan data pembanding berupa data sekunder yang dikeluarkan oleh lembaga studi formal. Dalam prakteknya,  simbol, grafis, peta digunakan untuk menyederhanakan sajian yang sangat rumit jika dilakukan dengan cara menghitung, memperkirakan, dan membandingkan, angka. Selama prosesnya kerapkali pengalaman dan data empiris sulit untuk dipahami melalui metode konvensional. Metode partisipasi dilakukan dengan cepat dan efisien dan menghasilkan data dalam waktu yang tepat untuk analisis berbasis bukti lapangan dan tindakan yang diperlukan. Melalui sampel yang terukur dan triangulasi, penelitian partisipatif dapat menghasilkan data yang dapat digeneralisasikan.
Tabel berikut menyajikan tipologi pemilihan alternatif pendekatan yang bersifat mikro berdasarkan tingkat kepentingan dengan mempertimbangkan data, waktu, dan kapasitas lokal. Tabel tersebut berupa indikasi saja karena dalam prakteknya akan bervariasi tergantung pada kondisi dilapangan.

Transek: Sebuah alat untuk menggambarkan dan menunjukkan lokasi dan distribusi sumber daya, lanskap, dan lahan utama dengan simbol atau fitur lengkap sepanjang bentang transek yang dilalui
Profil Komunitas: Suatu ikhtisar berupa informasi masyarakat yang berisi berbagai faktor, seperti lingkungan alam, fitur karakteristik sosiodemografi, manajemen pemerintahan, struktur politik dan ekonomi, institusi lokal, kegiatan ekonomi dan mata pencaharian, dasar rumah tangga dan fasilitas masyarakat, serta sosial organisasi.
Pemetaan sosial (social mapping): Sebuah metode visual yang menunjukkan lokasi relatif dari rumah tangga dan distribusi orang dari berbagai jenis, satus dan struktur sosial tertentu seperti laki-laki, perempuan, anak dewasa, orang lanjut usia, kepemilikan lahan, tingkat buta huruf, kelembagaan.
Pemetaan sumber daya (Resource Mapping): Sebuah metode yang menggambarkan pusat-pusat sumber daya, distribusi, akses dan pemanfaatan sumber daya, topografi, pemukiman penduduk, dan aktifitas masyarakat, metode ini memudahkan memahami kondisi daerah dengan simbol, fitur dan grafis yang menyertainya.
Rangking Kekayaan: Metode ini melibatkan peringkat individu yang berbeda, rumah tangga, atau masyarakat sesuai dengan kriteria kesejahteraan yang dikembangkan secara lokal. Masyarakat dapat menggambarkan pentingnya aset dan faktor-faktor yang mempengaruhinya baik di tingkat rumah tangga, kelompok dan masyarakat.
Urutan Sejarah: Metode yang mendeskripsikan peristiwa penting yang berpengaruh  terhadap perubahan pentingan kelompok dan masyarakat dengan mengidentifikasi kecenderunga dan perubahan tingkat kesejahteraan, peristiwa konflik, dan interaksi dari waktu ke waktu. Pengumpulan informasi dapat dilakukan melalui data sekunder, catatan sejarah, wawancara, dan data survei.
Pemetaan resiko (risk mapping): Metode yang digunakan untuk memahami konteks kerentanan, menggambarkan persepsi risiko pada tingkat yang berbeda, memeriksa tingkat kerentanan  dari yang paling rentan dan mengalami risiko ganda, kerentanan sebagai akibat dari perubahan kebijakan,  membantu memetakan resiko dengan mengidentifikasi variasi dari beberapa kerentanan yang berdampak paling parah pada masyarakat.
Indeks Resiko: Sebuah pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan memformulasikan sumber risiko serta untuk menguji perbedaan persepsi risiko.
Kalender Musim: Sebuah metode visual yang menunjukkan distribusi musim dengan fenomena yang berbeda-beda menyangkut kegiatan ekonomi masyarakat, sumber daya, produksi, penyakit menular, wabah, migrasi, peristiwa alam, dan iklim dari waktu ke waktu. Berguna untuk memahami hubungan antara fenomena musiman dengan strategi mata pencaharian masyarakat.
Kalender 24 Jam: Sebuah metode visual yang menunjukkan cara orang mengalokasikan waktu dan kegiatan yang berbeda selama periode 24-jam. Mengenal dampak perubahan kebijakan terhadap jadwal harian, beban kerja, dan penggunaan waktu. Mengungkapkan perbedaan dalam jadwal dan beban kerja antara individu dari kelompok sosial yang berbeda dan pada waktu yang berbeda. Cara ini dapat digunakan untuk melihat dampak sosial misalnya di bidang kesehatan dan pendidikan terhadap beban kerja.
Putaran Aset: Sebuah metode visual yang menunjukkan hubungan aset dan sumber daya. Metode ini bermanfaat untuk memahami perbedaan aset kelompok sosial yang berbeda; dasar pendirian asset yang dapat digunakan untuk mengeksplorasi strategi mata pencaharian, diversifikasi dan peluang usaha, kendala kepemilikan aset; dan memeriksa potensi dampak perubahan kebijakan pada aset basis individu atau kelompok sosial yang berbeda.
Matrik Mata Pencaharian: Sebuah metode menyelidiki pilihan mata pencaharian yang lebih disukai dan diprioritaskan dari sub kelompok populasi terhadap kriteria yang ditentukan. Memberikan kontribusi terhadap pemahaman tentang kemungkinan dampak dari penerapa kebijakan pada pilihan mata pencaharian dan preferensi kelompok.
Matrik Hak: Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi hubungan yang mungkin antara kapasitas masyarakat dan sumber daya menurut hak dalam menghadapi resiko dan kerentanan, serta dampak potensial dari kebijakan terhadap pengakuan hak.
Digram Alir: Sebuah metode yang menggambarkan hubungan sebab akibat, dan hubungan antara variabel atau subvariabel yang terkait dengan perubahan kebijakan, kerentanan, resiko dan perubahan sosial. Jejak perbedaan dalam hubungan sebab-akibat oleh kelompok sosial yang berbeda. Mengungkapkan hubungan antara ekonomi, faktor politik, sosial, dan lingkungan.
Pemetaan kelembagaan/diagram Venn: Sebuah metode visual untuk mengidentifikasi dan mewakili persepsi lembaga kunci (formal dan informal) dari individu atau kelompok primer, sekunder atau diluar masyarakat serta kekuatan hubungan dan kepentingan mereka. Memungkinkan memahami bagaimana anggota masyarakat yang berbeda berinteraksi dan saling mempengaruhi dalam pengambilan keputusan, aksesibilitas, dan jasa.
Pemetaan Persepsi Kelembagaan: Sebuah metode visual mengidentifikasi dan mewakili persepsi lembaga kunci (formal dan informal) dan individu di dalam dan di luar masyarakat serta hubungan mereka dan penting bagi kelompok sosial yang berbeda. Baik untuk memahami situasi hubungan sosial yang menjadi jembatan dalam perubahan kebijakan.
Peta Mobilitas: Mengidentifikasi isu dan masalah yang terkait dengan pergerakan sosial yang dibedakan atas akses ke sumber daya, seperti layanan lahan, air, kesehatan dan pendidikan, informasi, modal, pengambilan keputusan dan konsekuensi. Menggambarkan tingkat mobilitas sosial yang dibedakan menurut kelompok sosial tertentu, rumah tangga, dan mata pencaharian.

Daftar Pustaka:

Commonwealth of Australia (2008) Risk Assessment And Management: Leading Practice Sustainable Development Program For The Mining Industry, Canbera. Department of Resource Energy and Tourism.
International Finance Corporation’s (2006) Performance Standards on Social & Environmental Sustainability.
Kytle Beth & Rugie Gerar John (2005) Corporative Social Responsibility as Risk Management: A Model for Multinationals. Working Paper No. 10. Cambridge. Harvard University.
Poverty Reduction Group and Social Development Department (2003) A User’s Guide to Poverty and Social Impact Analysis. Washington D.C. The World Bank.

Sabtu, 25 April 2020

BISNIS SOSIAL SEBAGAI TANGGA TERTINGGI BENTUK TANGGUNG JAWAB SOSIAL



CSR selalu dianggap sebagai bagian dari cara perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Karena ia tidak lepas dari kegiatan bisnis perusahaan. Sayangnya, masih banyak CSR dipraktikkan mengikuti prinsip ekonomi dengan modal sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Prinsip tersebut dianggap sebagai kebenaran yang tak perlu ada pembuktian, meskipun dalam realitanya prinsip ini sulit diwujudkan. Apalagi bila kita menginginkan standard dan kualitas produk setara dengan biaya yang dikeluarkan. Di Indonesia, model praktik CSR seperti itu masih sering dijumpai. Mengapa itu semua dilakukan? Karena mudah, murah, dan reputasi perusahaan dianggap cepat terdongkrak dengan liputan media yang kadang lebih besar sumberdaya yang digunakan (baca:uang) daripada bantuan yang diberikan perusahaan tersebut.
Dalam perkembangannya, ada juga perusahaan yang mulai meninggalkan cara konvensional itu. Belajar dari cerita bahwa tuntutan pemangku kepentingan tidak habis-habisnya meskipun perusahaan sudah melakukan praktik CSR bahkan sudah mengeluarkan dana dalam jumlah besar. Maka pendekatan terhadap pemangku kepentingan dianggap sebagai moda selanjutnya. Edward Freeman, menemukan Teori Pemangku Kepentingan dan mengajukan manajemen pemangku kepentingan sebagai pendekatan bagaimana seharusnya perusahaan dikelola. Tujuannya adalah untuk memenuhi bahkan melampaui ekspektasi pemangku kepentingan. Keuntungan hanyalah hasil sampingan dari kinerja perusahaan melayani pemangku kepentingannya. Makin besar proporsi pemangku kepentingan yang puas, makin besar peluang perusahaan untuk mendapatkan keuntungan besar dalam jangka panjang. Logika ini menghasilkan pendekatan CSR baru yang menggeser cara perusahaan menjalankan bisnisnya.
Di sini peluang perusahaan menjaga keberlanjutannya cukup besar. Karena ia tahu, paham, mengerti dan mempraktikkan apa yang dibutuhkan pemanggku kepentingan terhadap perusahaan. Begitu juga bagaimana perusahaan merespons pemangku kepentingannya.
Dalam praktik memahami pemangku kepentingan, terdapat kelompok rentan dan kelompok marjinal. Bisnis sosial adalah cara bagaimana perusahaan mampu memahami pemangku kepentingannya dan juga menyelesaian masalah yang dihadapi kelompok rentan itu. Di dalam bisnis sosial bahwa tujuan perusahaan mencari keuntungan adalah benar, namun itu tidak menjadi satu-satunya tujuan. Keuntungan hanya sumberdaya yang sebagian atau seluruhnya diinvestasikan untuk memecahkan masalah sosial dan lingkungan. Yang penting diingat tidak lantas keuntungan harus dibuat kecil, melainkan semakin besar keuntungan yang dihasilkan oleh sebuah bisnis sosial, semakin besar pula manfaat yang akan diterima masyarakat penerima manfaatnya. Ia tidak memandang industri dan menantang perusahaan untuk menjadi semakin bermanfaat untuk masyarakat. Bisnis sosial juga dianggap sebagai anak tangga tertinggi CSR.

Bisnis sosial ini mulai dikenal luas ketika Muhammad Yunus memenangi Nobel bidang perdamaian 2006, dengan gerakan microkredit grameen untuk orang miskin. Menurutnya, tujuan perusahaan dalam menjalankan bisnis sosial adalah untuk menyelesaikan beragam masalah yang dihadapi oleh masyarakat, terutama kelompok masyarakat miskin, rentan, dan marjinal yang belum mendapatkan keuntungan dari pasar yang kebanyakan bersifat eksklusif. Keuntungan adalah salah satu saja sumberdaya yang dipergunakan untuk membantu penyelesaian masalah yang dihadapi oleh kelompok itu. Yunus (2010) juga menyatakan bisnis sosial itu bukan bisnis rugi dan tidak ada pembagian dividen di antara para pemilik saham, karena keuntungan diinvestasikan kembali untuk tujuan sosial dan lingkungan.
Menurut Galera dan Borzaga (2009) terdapat tiga elemen menonjol dalam bisnis sosial yaitu 1) Kepentingan dan tujuan sosial; 2) Menghilangkan hambatan distribusi dan 3) Hak kepemilikan dan kontrol perusahaan diberikan untuk para pemangku kepentingan lain selain investor juga adanya model tata kelola yang terbuka dan partisipatif.

Bisnis sosial itu bekerja dalam kegiatan operasi perusahaan setiap harinya. Ia memadukan kesejahteraan dengan cara menginvestasikan kembali untuk memastikan keberlanjutan berdasarkan nilai sosial perusahaan (Chell, 2007). Dalam operasionalnya, kegiatan jasa, dan produksi tetap berlangsung layaknya perusahaan konvensional lainnya. Tetapi ia berbeda dalam proses pengambilan keputusan yang sifatnya partisipatif –tidak hanya pemilik dan manajemen perusahaan-, mendorong manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat dan juga inisiatif yang muncul. Dalam praktiknya perusahsaan sosial juga tidak membagikan keuntungan untuk individu, ia membangun kesejahteraan atas dasar kepercayaan komunitas, demokratis, patuh pada tata kelola organisasi, teruji akuntabilitas, dan transparensinya.

(Sumber:http://csrindonesia.com/index.php/article/10-bisnis-sosial-sebagai-tangga-tertinggi-bentuk-tanggung-jawab-sosial)

Jumat, 24 April 2020

NASIP PEKERJA DI TENGAH WABAH VIRUS COVID-19




Dalam suatu diskusi terkait dengan keberlansungan suatu proyek  di tengah Wabah COVID-19 / Corona, kami coba untuk mengidentifikasi beberapa resiko yang berpotensi terjadi yang mana akan mempengaruhi keberlangsungan proyek yang sedang berjalan dan saat ini menuju tahap akhir, di tengah terjadinya Wabah COVID-19 / Corona yang melanda semua lapisan masyarakat yang berdampak pada ekonomi bukan saja di indonesia namun secara global.

Masuklah dalam satu topik yang sangat menegangkan diamana semua orang yang berdiskusi menaruh perhatian khusus yaitu “ TENAGA KERJA” salah satunya saya..!! yang mana sering berkordinasi dengan Stakeholder di external yang sangat manaruh perhatian khusus bagi keberlangsungan proyek tersebut dan juga "Klain" kami. 2 point di sampaikan diantaranya:

  1. ·         Merumahkan sebagian besar karyawan dengan tetap memberikan gaji pokok kepada mereka.
  2. ·   Melakukan pengurangan Karyawan dengan mengidentifikasi kebutuhan tenaga kerja pada proyek yang telah masuk tahap akhir.

Menurut saya saat itu kedua pilihan tersebut memiliki resiko yang sama pada akhirnya kita akan melakukan “Pengakhiran Hubungan Kerja (PHK)” kepada Karyawan dan tantangannya adalah management proyek akan menghadapi Regulasi Pemerintah secara Nasional terkait dengan masalah “Ketenagakerjaan” yang akan mempengaruhi kebijakan Pemerintah di Daerah (Provinsi, Kabupaten dan Kota) dimana tidak menutup kemungkinan akan sampai ke tingkat yang Pemerintah paling bawah yaitu Distrik,Kelurahan dan Desa.

Pada dasarnya Proyek akan berakhir dan wajar jika ada pengurangan tenaga kerja, namun akan sangat berbeda kondisinya jika dilakukan saat tidak terjadi Wabah COVID-19 / Corona yang melanda semua lapisan masyarakat yang berdampak pada ekonomi bukan saja di indonesia namun secara global. Mungkin saat ini beberapa dari rekan-rekan juga mengalami hal semacam ini bahkan mungkin lebih buruk dari semua ini dan saya berpikir bahwa hal ini tidak dapat di hindari semua proyek atau Perusahan akan masuk pada Tahap ini.

Saya berpikir hal yang akan di lakukan adalah bagaimana mengelolah konflik yang akan terjadi, dan approach key stakeholder hal ini akan menjadi solusi untuk mengatasi masalah ini, namun memang ini bukan solusi yang baik tetapi itu yang memungkinkan untuk di lakukan, saat ini mengingat dengan kondisi krisis yang terjadi saat ini akan membuat perusahan dalam posisi sulit untuk memberikan suatu keputusan.Dukungan dari stakeholder sangat di harapkan dapat membantu perusahan untuk mengatasi konflik sosial ekonomi yang terjadi di masyarakat sekitar area operasi perusahan.

Entri yang Diunggulkan

Antropologi dan Kekerasan Kolonial di Tanah Papua

Doc T anah Papua (meliputi Provinsi Papua dan Papua Barat) telah digambarkan sebagai “sebuah surga di bumi bagi penelitian antro...