Postingan Populer

Selasa, 04 Oktober 2016

PENGEMBANGAN SAGU DI INDONESIA






Sagu adalah salah satu sumber pangan bagi sebagian masyarakat Indonesia di Propinsi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Tengah, Sumatera Barat, Riau, Riau Kepulauan, dan Nangro Aceh Darussalam. Walaupun akhir-akhir ini sagu sebagai makanan pokok bagi generasi muda, sudah mulai dialihkan sebagian sumber karbohidratnya ke beras, yang dianggap lebih mudah didapat dan praktis dalam pengolahan sebagai makanan pokok.
Namun demikian, sebagai sumber karbohidrat potensinya sangat besar. Peluang pengembangan sagu sebagai substitusi bahan makanan lainnya, seperti mie, roti, biskuit, kue, makanan penyedap, dan berbagai jenis minuman sirup berkadar fruktosa tinggi, serta bahan baku bukan makanan, seperti bahan perekat, farmasi, biodegradable plastic, serta sumber bahan baku etanol sangat terbuka dan menjanjikan.
Potensi sagu di Indonesia dari sisi luasnya sangat besar. Sekitar 60% areal sagu dunia ada di Indonesia. Data yang ada menunjukkan bahwa areal sagu Indonesia menurut Prof. Flach mencapai 1,2 juta ha dengan produksi berkisar 8,4-13,6 juta ton per tahun. Tetapi data luas areal sagu ini, perlu diteliti lagi ketepatannya melalui metode dan teknik yang lebih akurat dan mutakhir, karena berbagai sumber informasi lainnya, khususnya provinsi Papua dan Papua Barat yang mencakup 90% sagu di Indonesia, sangat besar perbedaannya yaitu dari 600.000-5 juta ha. Data sagu perlu diperbaiki, apalagi data yang dipakai selama ini, selain sudah puluhan tahun, dan ternyata sebagian besar merupakan data perkiraan.
Penelitian sagu telah dilakukan oleh berbagai institusi dari berbagai aspek seperti bahan tanaman, budidaya, pengolahan dan sistem agribisnis. Namun demikian, sebagian besar hasil penelitian ini belum diadopsi petani dan stakeholder lainnya, karena berbagai keterba-tasan dan  masalah ekonomi, sosial, budaya, dan khususnya di Papua serta Papua Barat terkait dengan hak ulayat. Untuk itu selain status teknologi sagu perlu dilihat dan dipilih yang bisa ditransfer kepada petani/pengguna. Selain itu, perlu dipertimbangkan membangun suatu kelembagaan sagu di setiap daerah yang beragam budayanya, yaitu suatu model pengembangan sagu yang melibatkan para pemilik sagu sebagai pekerja dan pengolah sagu, bersama-sama dengan pihak swasta, dan pemerintah sebagai fasilitator dan bapak angkat dalam kerangka Inti-Plasma.
 Pengembangan budidaya sagu perlu dikembangkan ke daerah penghasil sagu lainnya. Kemudian krisis energi bahan fosil sudah menjadi masalah di dunia termasuk Indonesia. Tanaman sagu merupakan salah satu/peluang tanaman yang potensial untuk diolah menjadi bioetanol. Untuk itu pengolahan bioetanol sagu perlu dipertimbangkan ke depan, jika layak secara ekonomi, sosial, budaya, dan dapat menjaga pelestarian lingkungan, maka penggunaan bioetanol dari sagu adalah salah satu alternatif untuk mengurangi produksi Co2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Antropologi dan Kekerasan Kolonial di Tanah Papua

Doc T anah Papua (meliputi Provinsi Papua dan Papua Barat) telah digambarkan sebagai “sebuah surga di bumi bagi penelitian antro...