Postingan Populer

Kamis, 01 September 2016

Gurabesi Tokoh yang Dianggap Mithe




Sekfamneri atau yang di kenal dengan Kurabesi (Gurabesi), ia adalah tokoh Papua yang memiliki hubungan dengan Kesultanan Tidore antara tahun 1495 tot 1512. Kurabesi di anggap sebagai tokoh mithe, hal ini dapat di maklumi karena tidak banyak “catatan” yang berkaitan dengan dirinya. Tetapi dalam catatan para penjelajah seperti Haga dan F S A de Clercq namanya muncul sebagai tokoh tangan kanan Sultan Jamaluddin.
 
Ilustrasi laki-laki Paua di wilayah Raja Ampat 
Dalam buku Earl, G.W. (1853). 
The Native Races of the Indian Archipelago

Gurabesi adalah julukan yang di berikan Sultan Jamaluddin, karena (mungkin) kemahirannya dalam mengolah besi sebagai peralatan pertanian misalnya parang. Gura dalam bahasa Helmahera (?) adalah tukang, besi = besi, sehinggan nama Sekfamneri menjadi Gurabesi atau Kurabesi. Tokoh pendidikan Papua I S Kijne menggubahnya dalam lagu; Gurabesi (I.S. Kijne) Gurabesi telah mendaki bukit tinggi | Gurabesi telah mendaki bukit tinggi | Gurabesi telah lihat hongi, musuhnya | Hura, mambriku, Hura! | Jangan meratap, jangan menangis | Sekali pulang sobatmu | Jangan meratap, jangan menangis | Sekali pulang sobatmu. Gurabesi menang dan musuh sudah lari | Gurabesi menang dan musuh sudah lari | Gurabesi menang atas hongi, musuhnya | Hura, mambriku. Hura! | Jangan meratap, jangan menangis | Sekali pulang sobatmu | Jangan meratap, jangan menangis | Sekali pulang sobatmu. Jauh sebelum Gurabesi muncul, F.J.F van Hasselt mencatat, Orang Papua suka bepergian. Dalam tahun-tahun yang sudah berlalu, mereka berangkat dengan perahu-perahu besar keluar ke tempat yang jauh dari Papua, sampai ke Seram, Timor dan Makassar.

Sekarang ini mereka tidak pergi jauh seperti itu lagi, tetapi mereka bisa melakukan perjalanan besar; berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan lama dengan perahu-perahu mereka. Bukan kaarena mereka selalu terus berada di perahu berminggu-minggu dan berbulan-bulan, tetapi mereka suka berangkat dari satu tempat ke trmpat lain dan tinggal sementara waktu dimana-mana. Tulisan , F.J.F van Hasselt ini menjadi referensi bagi beberapa informasi penting tentang keberadaan orang Papua sebelum tahun 1400 -an.Gurabesi sendiri muncul dalam beberapa versi, ini tak lepas dari budaya tutur dalam masyarakat Papua. Gurabesi di ketahui menikah dengan putri Sultan Jamaluddin sebagai hadiah atas keberhasilan Gurabesi membantu sultan dalam perang antara Jailolo dan Helmahera.

Putri Sultan, Boki Tabiah di kawinkan dengan Gurabesi sebagai hadiah atas keberhasilannya membantu perang Sultan Jamaluddin. Selain Gurabesi, orang Papua lainnya yang mendapat hadiah (gelar) adalah, Kapita laut (Kapitarau), Djodjoe, Gimalaha, Sangadji, Soeroean, Sadaha, Major (Mayor), Kaidba (Kaiba), Dimra, Imbir dari Imbiri, dsb. Gelar pemberin Sultan ini banyak mengubah marga awal dari mereka yang pernah membantu Sultan dalam peperangan tersebut.
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Antropologi dan Kekerasan Kolonial di Tanah Papua

Doc T anah Papua (meliputi Provinsi Papua dan Papua Barat) telah digambarkan sebagai “sebuah surga di bumi bagi penelitian antro...